Senin, Desember 08, 2008

Derajat Hadits Shakat Tasbih (Bag. I)

Oleh : Ust. Luqman Jamal LC

Pertanyaan:

Sering terdengar bahkan pernah terlihat dari kaum muslimin yang melakukan sholat tasbih pada malam-malam tertentu khususnya malam jum’at, apakah ada dasarnya dari al-qur’an dan sunnah?

Jawab :

Ada beberapa hadits yang menjelaskan tentang sholat tasbih :

1. Hadits Ibnu ‘Abbas.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِلْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ يَا عَبَّاسُ يَا عَمَّاهْ أَلاَ أُعْطِيْكَ أَلاَ أُمْنِحُكَ أَلاَ أُحِبُّوْكَ أَلاَ أَفْعَلُ بِكَ عَشْرَ خِصَالٍ إِذَا أَنْتَ فَعَلْتَ ذَلِكَ غَفَرَ اللهُ لَكَ ذَنْبَكَ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ قَدِيْمَهُ وَحَدِيْثَهُ خَطْأَهُ وَعَمْدَهُ صَغِيْرَهُ وَكَبِيْرَهُ سِرَّهُ وَعَلاَنِيَّتَهُ عَشَرَ خِصَالٍ أَنْ تُصَلِّيَ أَرْبَعَ رَكْعَاتٍ تَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وِسُوْرَةً فَإِذَا فَرَغْتَ مِنْ الْقُرْاءَةِ فِيْ أَوَّلِ رَكْعَةٍ وَأَنْتَ قَائِمٌ قُلْتَ سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ خَمْسَ عَشَرَةَ مَرَّةً ثُمَّ تَرْكَعُ فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ رَاكِعٌ عَشَرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ الرُّكُوْعِ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا ثُمَّ تّهْوِيْ سَاجِدًا فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ سَاجِدٌ عَشْرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ السُّجُوْدِ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا ثُمَّ تَسْجُدُ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا فَذَلِكَ خَمْسٌ وَسَبْعُوْنَ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ تَفْعَلُ ذَلِكَ فِيْ أَرْبَعِ رَكْعَاتٍ إِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تُصَلِّيَهَا فِيْ كُلِّ يَوْمٍ مَرَّةً فَافْعَلْ فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِيْ كُلِّ جُمْعَةٍ مَرَّةً فَإِنْ لََمْ تَفْعَلْ فَفِيْ كُلِّ شَهْرٍ مَرَّةً فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُ فَفِيْ كُلِّ سَنَةِ مَرَّةً فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِيْ عُمْرِكَ مَرَّةً

Artinya :

"Dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya Rasulullah r bersabda kepada ‘Abbas bin ‘Abdul Muththolib : Wahai ‘Abbas, wahai pamanku maukah saya berikan padamu?, maukah saya anugerahkan padamu?, maukah saya berikan padamu?, saya akan tunjukkan suatu perbuatan yang mengandung 10 keutamaan yang jika kamu melakukannya maka diampuni dosamu, yaitu dari awalnya hingga akhirnya, yang lama maupun yang baru, yang tidak disengaja maupun yang disengaja, yang kecil maupun yang besar, yang tersembunyi maupun yang nampak. Semuanya 10 macam. Kamu sholat 4 raka’at setiap raka’at kamu membaca Al-Fatihah dan satu surah. Jika telah selesai maka bacalah Subhanallahi walhamdulillahi walaa ilaaha illallah wallahu akbar sebelum ruku’ sebanyak 15 kali, kemudian kamu ruku’ lalu bacalah kalimat itu di dalamnya sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari ruku’ baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari sujud baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud lagi dan baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari sujud sebelum berdiri baca lagi sebanyak 10 kali, maka semuanya sebanyak 75 kali setiap raka’at. Lakukan yang demikian itu dalam empat raka’at. Lakukanlah setiap hari, kalau tidak mampu lakukan setiap pekan, kalau tidak mampu setiap bulan, kalau tidak mampu setiap tahun dan jika tidak mampu maka lakukanlah sekali dalam seumur hidupmu".

Hadits ini mempunyai empat jalan :

Pertama : Al-Hakam bin Aban dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya Rasulullah r bersabda kepada Al-‘Abbas bin ‘Abdil Muththolib … kemudian dia menyebutkan haditsnya.

Dikeluarkan oleh : Abu Daud 2/29 no.1297 dan Ibnu Majah 2/158-159 no.1387 dan Ibnu Khuzaimah dalam kitab Shohihnya 2/223-224 no.1216 dan Al-Hakim 1/627-628 no.1233-1234 Al-Baihaqy 3/51-52, Ath-Thobarany 11/194-195 no.11622 Ad-Daraquthny sebagaimana dalam Al-Alai Al-Mashnu’ah 2/37 dan Ibnu Al-Jauzy dalam Al-Maudhuat 2/143-144 dan Al-Hasan bin ‘Ali Al-Ma’mari dalam kitab Al-Yaum Wal Laila, Al-Khalily dalam Al-Irsyad 1/325 no.58 dan Ibnu Syahin dalam At-Targhib Wa At-Tarhib sebagaimana dalam kitab Al-Alai Al-Mashnu’ah 2/39.

Seluruhnya dari jalan ‘Abdurrahman bin Bisyr bin Al-Hakam Al-‘Abdi dari Abi Syu’aib Musa bin ‘Abdul ‘Aziz Al-Qinbary dari Al-Hakam bin Aban … dan seterusnya.

Berkata Az-Zarkasyi dalam Al-Alai Al-Mashnu’ah 2/44 : “Telah meriwayatkan dari Musa bin ‘Abdil ‘Aziz : Bisyr bin Al-Hakam serta anaknya Abdurrahman, Ishaq bin Abi Israil, Zaid bin Mubarak Ash-Shon’any dan selain mereka”. Dinukil dengan sedikit perubahan.

Saya berkata : Riwayat Ishaq bin Abi Israil dikeluarkan oleh Al-Hakim 1/628 no.1234 dan Ibnu Syahin dalam At-Targhib Wa At-Tarhib sebagaimana dalam Al-Alai Al-Mashnu’ah 2/39.

Komentar para ulama tentang Musa bin ‘Abdil ‘Aziz

Berkata Ibnu Ma’in tentangnya : Laa Araa bihi ba’san (dalam pandangan saya dia tidak apa-apa). Dan berkata An-Nasai : Laa ba’sa bihi (tidak mengapa dengannya). Dan Ibnu Hibban menyebutkan di dalam Ats-Tsiqot dan dia berkata : Rubbamaa akhto’ (kadang-kadang bersalah). Dan berkata Ibnu Al-Madiny : Dho’if (lemah). Dan berkata As-Sulaimany : Mungkarul hadits (mungkar haditsnya). Lihat At-Tahdzib At-Tahdzib.

Imam Muslim bin Al-Hajjaj berkata : “Saya tidak melihat sanad hadits yang lebih baik dari hadits ini”. Diriwayatkan oleh Al-Khalily dalam Al-Irsyad 1/327 dan Al Baihaqy dan selain keduanya.

Yang nampak dari komentar para ulama di atas bahwasanya hadits dia itu tidaklah turun dari derajat hasan. Wallahu A’lam. Maka karena itulah kedudukan hadits ini adalah hasan.

Catatan Penting :

Ada riwayat dari jalan Muhammad bin Rafi’ dari Ibrahim bin Al-Hakam bin Aban dia berkata : “Menceritakan kepada saya ayahku dari ‘Ikrimah bahwasanya Rasulullah r bersabda … kemudian dia menyebutkan haditsnya secara mursal (seorang tabi’i meriwayatkan langsung dari Nabi r sedangkan ia tidak mendengar darinya).

Riwayat ini dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam shohihnya 2/224, Al-Hakim 1/628, Al-Baihaqy 3/53 dan dalam Syu’abul Iman 125 no.3080 dan Al-Baghawy dalam Syarh As-Sunnah 4/156-157 no.1018.

Saya berkata : Riwayat ini tidaklah membahayakan riwayat Musa bin ‘Abdil ‘Aziz karena komentar para ulama terhadap Ibrahim bin Hakam sangat keras dan yang nampak bagi yang memperhatikan komentar para ulama tersebut bahwasanya dia adalah dho’if, tidak dipakai sebagai pendukung. Terlebih lagi telah terdapat riwayat-riwayat yang mungkar dalam riwayat bapaknya dari jalannya (Ibrahim bin Al-Hakam).

Berangkat dari sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa penyelisihan yang dilakukan oleh Ibrahim bin Al-Hakam yang meriwayatkan secara mursal kemudian menyelisihi riwayat Musa bin ‘Abdil ‘Aziz yang meriwayatkan secara maushul (bersambung) tidaklah berpengaruh. Bersamaan dengan itu Ibrahim bin Al-Hakam telah guncang dalam riwayatnya karena kadang-kadang dia meriwayatkan secara mursal sebagaimana dalam riwayat Muhammad bin Rafi’ ini dan kadang-kadang dia meriwayatkannya secara maushul sebagaimana dalam riwayat Ishaq bin Rahaway dikeluarkan oleh Hakim 1/628 no.1235 dan Baihaqy dalam Syu’abul Iman 125-126 no.3080.

Dan dari sini diketahui bahwasanya tidak perlu bagi Imam Al-Baihaqy untuk berkata : “Yang benar adalah riwayat secara mursal” dalam Syu’abul Iman 3/126, karena perselisihan riwayat yang berasal dari Ibrahim bin Al-Hakam ini menunjukkan keguncangan dalam riwayatnya sehingga semakin jelas menunjukkan lemahnya orang ini. Demikian kaidah para ulama menanggapi rawi yang seperti ini, sebagaimana yang tersebut dalam Syarh ‘Ilal At-Tirmidzy oleh Ibnu Rajab dan yang lainnya. Wallahu A’lam.

Kedua : Dari jalan ‘Abdul Quddus bin Habib dari Mujahid dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya Rasulullah r bersabda kepadanya … Kemudian dia menyebutkan haditsnya.

Dikeluarkan oleh : Ath-Thobarany dalam Al-Ausath 3/14-15 no.2318 dan Abu Nuaim dalam Al-Hilyah 1/25-26.

Berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar : “Abdul Quddus sangat lemah dan dinyatakan berdusta oleh sebagian para Imam”. Baca Al-Futuhat Ar-Rabbaniyah 4/311 dan Al-Alai Al-Mashnu’ah 2/40 dan lihat Mizanul I’tidal.

Ketiga : Dari jalan Nafi’ bin Hurmuz Abu Hurmuz dari Atho’ dari Ibnu ‘Abbas. Dikeluarkan oleh Ath-Thobarany 11/130 no.11365.

Berkata Al-Hafidz sebagaimana dalam Al-Alai Al-Masnu’ah 1/39-40 :

Rawi-rawinya terpercaya kecuali Abu Hurmuz, matrukul hadits (dia ditinggalkan haditsnya). Lihat Mizanul I’tidal.

Keempat : Dari jalan Yahya bin ‘Uqbah bin Abi Al-‘Aizar, dari Muhammad bin Jahadah dari Abi Al-Jauza’ dari Ibnu ‘Abbas.

Dikeluarkan oleh Ath-Thabarany dalam Al-Ausath 3/187 no. 2879.

Berkata Al-Hafidz : “Semua rawinya terpercaya kecuali Yahya bin ‘Uqbah, dia matruk (haditsnya ditinggalkan)”.

Saya berkata : Bahkan Ibnu Ma’in berkata : Kadzdzabun Khabits (pendusta yang sangat hina). Lihat Mizanul I’tidal. .

2. Hadits Abu Rofi’, maula Rasulullah r.

Dikeluarkan oleh Ibnu Majah 2/157-159 no.1386, dan Tirmidzi 2/350-351 no.482 dan Abu Bakar bin Abi Syaibah sebagaimana dalam Ajwibah Al-Hafidz Ibnu Hajar ‘Ala Ahadits Al Mashobih 3/1781 dari Misyakatul Mashobih dan Ad-Daruqthny dalam Al-Alai Al-Masnu’ah 2/38 dan Ibnul Jauzy dalam Al-Maudhu’at 2/144 dan Abu Nu’aim dalam Qurban Al-Muttaqin sebagaimana dalam Al-Alai Al-Masnu’ah 2/41.

Semuanya dari jalan Zaid bin Al-Hibban Al-‘Uqly dari Musa bin ‘Abidah dari Sa’id bin Abi Sa’id maula Abu Bakr bin ‘Amr bin Hazm dari Abu Rofi’ dia berkata : Rasulullah r bersabda kepada Al-‘Abbas … kemudian dia menyebutkan haditsnya.

Saya berkata : Dalam sanadnya ada dua cacat :

  1. Musa bin ‘Abidah yaitu Ar-Rabadzy Al-Madany. Yang nampak bagi saya setelah membaca komentar para ulama tentangnya ia adalah rowi yang dho’if yang bisa dipakai sebagai pendukung apalagi dalam hadits-hadits Ar-Riqaq.
  2. Sa’id bin Abi Sa’id majhulul hal (tidak diketahui keadaannya).

Maka hadits ini adalah syahid (pendukung) yang sangat kuat.

3. Hadits Al Anshory

Dikeluarkan oleh Abu Daud 2/48 no.1299 dan Al Baihaqy 2/52 dari Abu Taubah Ar-Robi’ bin Nafi’ dari Muhammad bin Muhajir dari Urwah bin Ruwaim dia berkata : “Menceritakan kepada saya Al-Anshory bahwasanya Rasulullah r bersabda kepada Ja’far …” kemudian dia menyebutkan hadits tersebut.

Saya berkata : Para ‘ulama berbeda pendapat tentang siapa Al Anshori ini tapi menurut penilaian saya, tidak ada dalil yang benar yang menjelaskan siapa Al Anshory ini kemudian mungkin ia seorang sahabat dan mungkin juga bukan. Wallahu A’lam.

4. Hadits Al-‘Abbas bin ‘Abdul Muththolib.

Dikeluarkan oleh Ibnu Al-Jauzy dalam Al-Maudhu’at 2/143 dan Abu Nua’im , Ibnu Syahin dan Daruquthny dalam Al-Afrad sebagaimana dalam Al-Ala`i Al-Masnu’ah 2/40.

Semuanya dari jalan Musa bin A’yan dari Abu Raja’ dari Shodaqah dari ‘Urwah bin Ruwaim dari Ibnu Ad-Dailamy dari Al-‘Abbas dia berkata bersabda Rasulullah r … kemudian dia menyebutkan haditsnya.

Berkata Al-Hafidz tentang Shodaqoh : “Dia adalah Ibnu ‘Abdillah yang dikenal dengan panggilan As-Samin, dia lemah dari sisi hafalannya akan tetapi dikatakan tsiqoh (terpercaya) oleh banyak ulama, maka haditsnya bisa digunakan sebagai pendukung”.

Maka dari sini diketahui salahnya sangkaan Ibnul Jauzy yang mengatakan dia adalah Al-Khurasany.

Adapun Abu Roja’ dia adalah ‘Abdullah bin Muhriz Al-Jazary.

Kami tidak menemukan biografinya. Wallahu A’lam.

Dan Ibnu Ad-Dailamy dia adalah ‘Abdullah bin Fairuz tsiqoh (terpercaya) termasuk dari tabi’in besar bahkan sebagian ulama menggolongkannya sebagai sahabat.

Hadits ini mempunyai jalan lain, yaitu hadits yang dikeluarkan oleh Ibrahim bin Ahmad Al-Hirqy dalam Fawa’idnya. Akan tetapi di dalam sanad jalan tersebut ada Hammad bin ‘Amr An-Nashiby yang para ulama menganggap dia sebagai kadzdzab (pendusta) Lihat Al-Ala`i Al-Masnu’ah 2/40.


Bersambung ke Bagian II

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesannya ya...!